Powered By Blogger

Selasa, 13 Oktober 2009

Ada Kejahiliyahan dibalik logo! (Pelanggaran Profesi II)

Tanpa kita sadari dengan tingkat daya kritis yang rendah sesudah dan sebelumnya kitapun telah terperangkap oleh sebuah makna yang namanya konspirasi. Jaring jerat yang luas dan kuat membuat siapapun tak berdaya dibuatnya, logo kefarmasian kita misalnya, yang jadi pertanyaan apakah pentingnya sebuah logo dikritisi bagi perubahan? Rhenal Khasali dalam bukunya “Change” yang pernah penulis baca, menempatkan perubahan logo atau symbol sebuah instansi pada urutan pertama pada urutan perubahan fisik perubahan itu sendiri, maksudnya jika ingin perubahan itu lebih dikenal oleh public dan berjalan lebih cepat lakukanlah perubahan pada logo atau symbol instansi tersebut.Hal inilah yang akhirnya menguak hati untuk mencoba menuliskan tentang beberapa kejanggalan dibalik seberapa urgensi dari fenomena kejahiliyahan yang akhirnya kurang menampakkan banyak kebaraokahan bagi perjalanan dunia kefarmasian kita. Sepele memang tapi cukup bermakna bagi tingkat ketauhidan kita, begitulah saat semakin banyak referensi yang dibaca, semakin banyak yang terpikirkan, dan semakin banyak yang akan dimuntahkan. Ada beberapa alasan kenapa lambang (logo) tersebut perlu dikritisi dan diperbaharui sebagai awal perubahan:

1. Kita tahu bahwa logo atau lambang kefarmasian (apotek) terdiri dari gambar ular dan piala, dalam bukunya Jejak Sejarah kedokteran Islam karya DR. Djafar Khadem Yamani, Ular yang menamakan dirinya Aesculapus merupakan dewa obat – obatan yang berwujud ular, didalam logo tersebut menggambarkan dan diartikan oleh kepercayaan orang – orang Yunani dan Romawi yang notebanenya adalah Yahudi adalah dewa Aesculapus (ular) yang sedang minum air kehidupan dalam gelas piala tapi tidak sampai. Bukan hanya itu saja, terjadi juga ditingkat yang lebih tinggi lagi dalam kepercayaan yahudi bahwa simbol ular menjadi icon suci tersendiri, misalkan saja adanya hubungan yang erat, valid dan disetujui oleh banyak sejarawan barat antara kemusyrikan ilmu sihir kabalah dengan kelompok tertua dunia yang dikenal dengan sebutan Brotherhood of the Snake (Kelompok Persaudaraan Ular) lambangnya adalah ular kembar, yang mulai berkembang pada Rezim Raja Namrudz di Babilonia dan Firaun di Mesir hingga sekarang. Menurut Encarta Encyclopedia (2005) menuliskan bahwa istilah Kabbalah berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki pengertian luas sebagai ilmu kebatinan Yahudi atau Judaism dalam bentuk dan rupa yang amat beragam dan hanya dimengerti oleh sedikit orang.Kabbalah ini mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah-naskah kuno Judaisme. Walau demikian, diyakini bahwa Kabbalah sesungguhnya memiliki akar yang lebih panjang dan merujuk pada ilmu-ilmu sihir kuno di zaman Fir’aun yang biasa dikerjakan dan menjadi alat kekuasaan para pendeta tinggi di sekitar Fir’aun. Kabbalah ini sarat dengan berbagai filsafat esoteris dan ritual penyembahan serta pemujaan berhala, bahkan penyembahan iblis, yang telah ada jauh sebelum Taurat-Musa dan telah menyebar luas bersama Judaisme, yang seluruhnya berurat-berakar pada praktek-praktek kebatinan serta penyembahan dewa-dewi di zaman Mesir Kuno.

Sungguh terdapat kemusyrikan tingkat tinggi oleh behasilnya team marketing Yahudi dalam mensosialisasikan logo tersebut ketiap lini kehidupan manusia tanpa kita sadari kita artikan sendiri dengan pembenaran dari taklid kejahiliyahan yang menjadikan lambang ular diartikan racun, dan racun adalah obat jika pada dosis tertentu digunakan, Pembenaran yang salah, sebab yang menjadi kekhawatiran adalah rusaknya tingkat kebarokahan dari tingkat ketauhidan kita untuk dunia keprofesian farmasi ini, Padahal kita pun tahu sebagai seorang farmasi bahwa bukan hanya ular yang pantas dijadikan icon kefarmasian, banyak icon lain yang lebih layak dipakai untuk lambang tersebut (dibahas pada alasan selanjutnya) yang lebih jauh dari makna kesyirikan.

2. Lambang yang tak melambangkan, tidak universal penggambarannya terhadap ilmu kefarmasian dan yang pasti jelas lebih kental dengan konspirasi. Cobalah kita telaah kembali sebagai seorang farmasi tentang tingkat keuniversalan logo farmasi yang kita gunakan sekarang ini. Pernah ga kita kepikiran kenapa harus ular kembar atau ular jomblo nangkring iseng menjadi symbol kesehatan dan kefarmasian dengan alasan standar dibuat – buat orang kurang cerdas diartikan bahwa ular memang benar layak menggambarkan tentang racun, dan racun yang pada konsentrasi tertentu dapat menjadi obat, bisa jadi itu menjadi pembenaran, tetapi untuk pembenaran ini merupakan kedangkalan dan kesempitan dalam berfikir untuk sebuah penggambaran universilitas sebuah logo, sebab tumbuhan pun pada tingkat jumlah pemakaian tertentu bisa menjadi racun dan bisa menjadi obat. Sungguh sangat tidak universal untuk sebuah symbol yang seharusnya mampu menggambarkan sosok dunia farmasi.

Alasan mendasar inipun dikuatkan dengan study farmasi yang mengingatkan ku pada sebuah kuliah Standarisasi Obat Bahan Alam oleh Prof. Endang Hanani, beliau menceritakan pada awal kuliah dari beberapa bahan alam yang kebanyakan dimanfaatkan oleh bidang kefarmasian berasal awal dari tumbuh – tumbuhan, beberapa dari mineral dan sedikit dari hewan, terutama bukan hewan yang tingkat pada spesies tinggi (misalnya :melata dan mamalia), oleh sebab itu pembahasan kuliah tersebut lebih banyak porsinya membahas bahan tumbuhannya. Penggunaan hewan sebagai sumber obat umumnya lebih memanfaatkan hewan tingkat rendah (bakteri) dan hewan bersel tunggal lainnya baik dengan tehnik rekombinan DNA atau tidak, mengingat cost yang dipakai lebih efisien dan efektif dalam peningkatan skala produksi, tetapi masih banyak ketakutan tingkat safetynya jika kita memandang penerapan modifikasi DNA yang kata pakar bioteknologi farmasi UI Dr.Maksum Radji, MBiomed dan Dr. Herman sedikit cukup membahayakan gen yang ada dalam tubuh kita, konon beberapa produk hasil rekombinan yang diproduksi oleh Negara Eropa sebagai ‘Murobbi’ Bioteknologi tidak mau rakyatnya yang banyak memakai, semua didistribusikan ke negara – negara baru berkembang yang suka eforia dan taklid pada sesuatu hal baru yang dikemas sampul ‘modernisasi’ sebagai sampel kelinci percobaan korban keliaran konspirasi sains. Jadi tepatkah jika ular dan piala menjadi logo keprofesian kita selama ini?.

3. Rendahnya membangun nilai positif marketing, pemakian logo farmasi dengan lambang ular cukup memberikan image “serem” bagi anak – anak terlebih bagi sebuah instansi rumah sakit atau apotek, inilah peluangnya dalam melakukan perubahan, bahkan trend model rumah sakit atau klinik sekarang agar banyak diminati oleh pasien terutama untuk anak – anak didisain sedemikian mungkin agar tidak terlihat “serem” seperti rumah sakit atau klinik sesungguhnya. Jika kita lihat kembali logo yang sebenarnya diajukan oleh para apoteker muslim terdahulu berupa gambar lumpang dan gambar tumbuhan terlihat lebih “asri” lebih natural (back nature), jadi lebih memiliki nilai jual mana?saatnya untuk berfikir kembali!

Menilik kembali buku “Change” karya Rhenal Khasali tentang logo dan membangun awal perubahan beliau katakan :

“Logo adalah bagian dari coporate identity yang tampak secara kasat mata. Logo adalah symbol yang paling gampang dan paling sulit diubah. Disebut gampang karena logo adalah symbol yang paling mudah dilihat public (internal maupun eksternal). Anda tinggal memanggil seseorang ahli, dan mereka bisa mempersiapkan perubahan logo dalam tempo yang cepat. Pada saat logo baru diperkenalkan, semua mata tertuju ke logo tersebut dan itulah saatnya bagi pemimpin untuk menjelaskan mengapa logo tersebut diubah dan apa makna dibalik logo tersebut.Sebaliknya, perubahan logo dinilai sulit karena logo biasanya terkait dengan kebanggaan histories. Bagi orang – orang lama, logo dianggap sebagai sesuatu yang sacral dan tidak boleh diubah barang segaris pun. Sekalipun makna yang terkandung dalam logo tersebut sudah tidak cocok lagi dengan kebutuhan zamannya, sering kali orang tak mau peduli. Tak semua pemimpin punya keberanian untuk mengganti logo. Universitas negri, pemerintah daerah, perusahaan milik Negara dan daerah adalah contoh dimana perubahan logo akan menghadapi banyak tantangan”

Tantangan awal yang jelas untuk sebuah perubahan, bagaimana memulainya?

· Jika antum pengusaha swasta adalah pemilik rumah sakit atau apotek atau akan memulai membuat apotek, ganti dan buatlah logo rumah sakit atau apotek antum yang jauh dari nilai kesyirikan yang malah akan mengurangi nilai kebarokahan tempat tersebut.

· Jika antum seorang mahasiswa bantulah untuk mensosialisasikan logo apoteker Islam atau jika akan membuat event – event tertentu yang terkait dengan adanya symbol kefarmasian buatlah symbol – symbol yang “layak” dan memberi angin segar bagi sebuah perubahan ini.

· Jika antum da’I farmasi terangkan kepada banyak kalangan sebagai amal ibadah

· Jika antum tidak mampu berbuat apa2…ya print saja artikel ini,he3x

Selamat melakukan perubahan menuju keberkahan walaupun hanya sebuah symbol saja, jika tidak dimulai sekarang kapan lagi!wallahu’alam bishowab.

(Izz@m, kost Onan Said, 11062008)

http://agungkrnwn.multiply.com/journal/item/6/Ada_Kejahiliyahan_dibalik_logo_Pelanggaran_Profesi_II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar