Contoh dan pentingnya Pertanyaan terbuka dan tertutup
Larry King dalam bukunya dengan judul “ Seni Berbicara : kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja “ , mengatakan bahwa dalam berkomunikasi khususnya dengan tujuan memecah kebekuan saat melakukan percakapan sebaiknya kita menghindari pertanyaan dengan jawaban “ Ya/Tidak ” atau yang lebih kita kenal dengan sebutan pertanyaan tertutup. Dimana jenis pertanyaan tersebut hanya membutuhkan jawaban “ Ya/Tidak ” dari lawan bicara kita sehingga kebekuan suasana tidak dapat mencair. Pertanyaan “Y a/Tidak ” adalah musuh percakapan yang hangat. Dari sifatnya mereka menghasilkan jawaban yang hanya berupa atu atau dua kata saja, berikut contoh pertanyan tertutup.
· “ Apakah cuaca gerah ini menggangu ?”
· “ Menurut anda, akankah terjadi kenaiakan harga BBM lagi ?“
· “ Akankah Juventus F.C menjadi scudetto Serie- a Lega Calcio tahun ini ?“
Topik –topik diatas bias saja baik untuk percakapan, tapi jika anda menanyakan kepada lawan bicara dalam bentuk pertanyaan tertutup maka anda hanya akan menerima jawaban ya atau tidak sehingga topic berhenti. Dan mungkin percakapan pun berakhir.
Tetapi jika anda menarik mereka ke dalam hall-hal yang lebih substantive, yang akan memberikan jawaban panjang lebar (pertanyaan terbuka), percakapan akan terus berjalan. Bedakan pertanyaan tertutup diatas dengan pertenyaan terbuka berikut ini :
· “ Musim panas yang kita alami membuat saja berfikir, adakah sebab tertentu yang menimbulkan cuaca panas global ini ? Bagaimana menurut anada ?”
· “ meski telah tiga kali mengalami penuruna harga BBM beberapa waktu yang lalu, apakah ekonomi kita memang teleh benar-benar stabil seperti yang kita harapkan. Menurut anda , seberapa besar peluang akan terjadi kenaikan harga BBM lagi ?”
· “ Saya menjadi penggemar salah satu klub sepak bola Terbesar di Italia yang bermarkas di kota Turin, Juventus F.C, semenjak lulus SD. Tapi harus saya akui meski berpeluang besar memenanggai gelar juara liga tahun ini, permainan Juventus masih sangat labil meski telah mendatangkan beberapa pemain kelas dunia musim ini. Menurut anda bagaimana peluang Juventus menjadi Scudetto tahun ini ?”
Orang yang anda ajak bicara tidak dapat menjawab hanya dengan satu atau dua kata saja. Ketiga pertanyaan terbuka tersebut sama topiknya dengan ketiga pertanyaan tertutup diatas tadi, tapi dalam masing-masing kasus, pertanyaan tertutup diatas hanya menghasilakn jawaban ya atau tidak. Cara kedua akan membangkitkan jawaban yang lebih panjang lebar, dan secara otomatis menjadi percakapan yang lebih baik.
Komunikasi verbal dan non verbal
Komunikasi verbal lebih kita kenal dengan komunikasi yang biasa kita lakukan sehari-hari dengan percakapan secara lisan, sedangkan komunikasi non verbal lebih menekankan kepada Body Language atau bahasa tubuh, isyarat yang sangat mendukung percakapan verbal yang sedang kita lakukan. Bahkan beberapa orang berpendapat bahwa komunikasi verbal memiliki kekuatan yang lebih besar dalam mengekspresikan maksud, tujuan serta keadaan yang sedang pembicara atau komunikator alami daripada komunikasi verbal yang sedikit cenderung datar dalam mengekspresikan maksud dan tujuan bila tidak disertai penekanan-penekanan yang sesuai.
Larry king dalam bukunya mengatakan bahwa bahasa tubuh sama halnya dengan bahasa lisan. Bahasa tubuh adalah bagian alami dari percakapan dan komunikasi. Jika tidak terjadi secara alami, akan terlihat dibuat-buat. Anda mungkin telah membaca semua buku tentang cara memproyeksiakan otoritas dan perhatian, tapi jika anda memaksa berpose secara tidak alami, anda akan menjadi tidak keruan dan sangat menggelikan. Dan kalau anda merasa tidak enak, anda akan kelihatan bohong, meski sebenarnya tidak. Bahasa tubuh yang anda gunakan saat berbicara sama halnya seperti pembicaraa itu sendiri. Bersikaplah wajar. Berbicaralah dari hati.
Ada banyak contoh komunikasi non verbal, serperti :
· Mengangguk = mau
· Menggelengkan kepala = menolak / tidak setuju
· Mengerutkan dahi = heran/ kaget, tidak suka, kecewa
· Mata melotot = marah
· Mata berlinang = terharu
· Dll…
Tetapi Larry King berpendapat bahwa ada satu hukum bahasa tubuh yang harus anda ikuti agar percakapan berhasil : Buatlah kontak mata !. Mempertahankan kontak mata yang baik tidak sekedar diawal dan di akhir kata-kata anda, tapi selama anda berbicara dan mendengarkan. Akan membuat anda menjadi pembicara yang baik dimana pun anda berada, apa pun peristiwanya, dan siapapun teman bicara anda. Saya juga menatap tajam lurus kepada orang-orang yang saya ajak bicara, untuk menekankan bahwa saya memperhatikan mereka.
Kuncinya adalah mendengarkan. Jika anda benar-benar berusaha mendengarkan apa yang dikatakan, anda akan menemukan bahwa jauh lebih mudah menatap orang di wajahnya. Malah, jika anda mendengarkan secara seksama, secara otomatis bahasa tubuh yang tepat akan mengikuti. Anda bisa mengangukkan kepala untuk menunjukan perhatian pada subyek oranyg tersebut, atau menggelengkan sedikit secara simpatik atau kagum. Tapi sekali lagi, lakukanlah ini pada saat yang tepat. Pikirkan bagaimana baiknya anda berbicara dan biarkan bahasa tubuh anda muncul secara alami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar